Sampai saat ini interoperabilitas antara data CAD dan GIS masih belum sempurna, banyak sekali keluhan dari pengguna tentang bagaimana sulitnya mengkonversi antara CAD ke GIS ataupun sebaliknya. memang sudah banyak sekali software yang mencoba berkecimpung di bidang interoperabilitas/konversi dua jenis data ini, tetapi masih belum bisa memuaskan para pengguna, karena masih banyak keterbatasan dan error yang harus ditangani secara manual.
Data CAD yang sering kita temukan adalah :
.dxf – Autocad DXF (digital exchange format) arcdxf, juga merupakan pseudo standar dari tukar-menukar CAD data (setara dengan shapefile)
.dwg – AutoCAD drawing file format
.dgn – Intergraph’s Interactive Graphics Design Software (IGDS) dan MicroStation Design format
Data GIS dan CAD sebenarnya memiliki konten yang hampir sama, tetapi :
1. Mempunyai filosofis fundamental yang berbeda, CAD melihat sebuah dunia sebagai sebuah “Kubus” maksudnya adalah melihat dimensi data hanya pada X, Y, Z saja, sedangkan GIS melihat dunia sebagai sebuah “bola” yang notabenenya lebih kompleks dimensinya dari pada kubus
2. Perbedaan pada aplikasi primernya di lapangan, CAD umumnya digunakan pada desain konstruksi detail (skala besar) sedangkan GIS umumnya diaplikasikan dalam pemodelan dan presentasi lingkungan nyata (skala yang lebih kecil)
3. Model data yang berbeda, seperti yang kita lihat saat ini
4. Lingkungan editing yang berbeda, karena editing adalah spesialitas dari software CAD walopun GIS sekarang khususnya ArcGIS mempunyai lingkungan editing seperti CAD / “CADlike”
Kenapa file CAD itu sangat berbeda, ada beberapa alasan yang dapat kita gali , yaitu :
a. Kurangnya lingkungan database
b. Kurangnya analisis spasial
c. Kurangnya informasi topologi, seperti konektifitas, kesinambungan, dll
d. Kurang adanya prinsip layering, (pengelompokan seperti di GIS, antara data titik, garis, dan poligon)
e. Fitur-fitur tidak tersegmentasi,
f. Informasi kartografis tidak terpisah, umumnya menyatu dalam layer data
g. Dukungan terbatas pada posisi sesungguhnya di bumi (proyeksi dan koordinat)
ESRI sendiri sebagai salah satu pioneer dalam dunia GIS mencoba menjembatani perbedaan ini dan mencoba melakukan beberapa pendekatan, yaitu :
– Lingkungan penyimpanan/database yang umum, sebagai contoh data disimpan di SDE (menggunakan ArcSDE Client for CAD) sehingga data bisa di akses oleh CAD dan GIS
– Menggunakan data CAD di ArcGIS tanpa perlu di konversi, data CAD dapat dibuka sebagai layer CAD (seperti saat dibuka di program CAD) atau dibuka sebagai features layer yang dapat diproses oleh ArcGIS sebagaimana data GIS lainnya tanpa perlu konversi
– Konversi bi-direksional antara data CAD dan GIS, bisa dengan menggunakan Arctoolbox, walaupun kadang hasilnya kurang memuaskan.
sebagai contoh dalam ArcGIS 9.2, khususnya di Arc Catalog, file CAD akan terlihat sebagai layer grup dengan ikon kotak warna biru, di dalam grup layer ini terkandung :
a. multipel layer features yang terdiri dari garis, titik, anotasi, poligon, dll, data ini dapat digunakan untuk display, query, dan analisis lainnya
b. file gambar single, yaitu file yang menampilkan semua layer secara simultan, seperti ketika dibuka di software CAD
kedua hal di atas dapat dipindahkan ke Arcmap untuk diproses lebih lanjut, baik satu persatu ataupun semuanya.
Satu file CAD dapat terdiri dari 999 “layer” data di dalam layer poligon, garis atau titiknya. data ini dapat dipisah-pisah sesuai dengan tipe format homogen di GIS dengan beberapa cara, yaitu :
– Menggunakan simbologi “nilai entitas unik” yang secara default ada di ArcGIS 9.2
– Mengontrol tampilan layer gambar, atau layer fitur melalui Properties>Drawing Layers (ini unik khusus untuk CAD)
– memisahkan layer fitur (titik, garis, dan poligon) menjadi layer GIS homogen, menggunakan variabel “layer” CAD, atau variabel lain yang sesuai, melalui :
a. Properties>Symbology
b. Properties>Definition Query
Layer dari CAD dapat diproses lebih lanjut (ditampilkan, diquery, dan geoprosesing lainnya) melalui Arctoolbox seperti data GIS lainnya, walopun dengan sedikit keterbatasan, seperti tidak bisa di clip atau digunakan sebagai dasar clip.
Sehingga pada umumnya dapat dikatakan bahwa data CAD dapat langsung diproses dengan software GIS khususnya ArcGIS dengan sedikit sekali pengkecualian.
Untuk mengkonvert data CAD menjadi data GIS, dapat dilakukan dengan tiga hal , yaitu :
a. menggunakan fasilitas standar Import/Export di ArcMap atau ArcCatalog, dengan cara mengidentifikasi dulu layer di dalam CAD kemudian di export satu demi satu/terpisah ke dalam format GIS (shapefile atau gdb), ini merupakan konversi yang termudah, dan umumnya dalam satu file CAD dapat diexport menjadi banyak data GIS
b. Menggunakan tool CAD di ArcToolbox, yaitu “ArcToolbox>Conversion Tools>To Geodatabase>Import from CAD”, ini digunakan jika anda menginginkan keindahan data CAD dipertahankan. lihat Help untuk detailnya (When to Use the Import from CAD tool)
c. Menggunakan command Arcinfo Workstation dengan perintah DXFARC dan IGDSARC
Sedangkan untuk konversi dari GIS ke CAD dapat menggunakan “ArcToolbox>Conversion Tools>To CAD>Export to CAD”, tetapi mohon hati-hati karena banyak sekali error yang dihasilkan. untuk itu di toolbox export to CAD terdapat tool tambahan untuk mensetting data sehingga hasil data CAD akan sesuai dengan yang diinginkan.
untuk memudahkan saling bertukar data antara CAD dan GIS atau istilahnya interoperability, diperlukan kerjasama antara CAD dan GIS dalam hal ini para penggunanya dalam suatu manajemen data terpadu, tipsnya adalah sebagai berikut :
1. Engineer/Designer menggunakan data GIS secara terbatas saja (ketika mendesain atau membuat bangunan).
2. Menggunakan standar CAD yang telah baku, ini akan meningkatkan usability dari data CAD ke GIS
3. Menggunakan panduan ESRI “Creating Compatible CAD Data for ArcGIS, October 2003” akan sangat membantu juga dalam kerja sama data antara CAD dan GIS
4. Jika memungkinkan, gunakan layer CAD secara langsung di GIS, jangan mengkonvertnya, kemudian hasil edit CAD kemudian bisa di capture secepatnya.